Kamis, 22 November 2012

buku elektronika daya


BAB I
PENYEARAH
Rangkaian Penyearah merupakan rangkaian yang mengkonversikan tegangan AC menjadi DC.
disebutpenyearah fungsinya menyearahkan listrik arus bolak-balik menjadi  listrik arus searah. Energi mengalir dari sistem listrik AC satu arah ke sistem DC.  Contoh: Listrik AC 220 V/50 Hz diturunkan melewati trafo menjadi 12V AC dan kemudian  disearahkan oleh diode menjadi tegangan DC 12V.
 


1.1     PENYEARAH 1 FASA
             Semikonvereter satu fasa adalah penyearah terkontrol yang merupakan penggabungan antara penyearah terkontrol dan
penyearah tak terkontrol. Penyearah ini juga disebut half control rectifier seperti terlihat pada gambar 2.10
                Gambar 2.10 Semikonverter satu fasa
Jembatan semikonverter paling banyak digunakan karena alasan ekonomi Jembatan ini digunakan pada kondisi tertentu yang tidak memerlukan penyearah gelombang penuh terkendali. Hal ini akan menghemat biaya karena harga dioda yang lebih murah dari SCR. Konfigurasi jembatan memerlukan jumlah elemen saklar dua kali dari konfigurasi mid point (hanya satu terminal yang menuju ke output DC). Jembatan ini terdiri dari common katoda (katoda SCR yang dihubung bersama) dan common anoda (anoda dioda yang dihubung bersama Pada konfigurasi jembatan, arus DC mengalir secara bersama melewati dua elemen pensaklaran; satu pada common katoda dan lainnya pada common anoda. Hal ini tidak menguntungkan dibanding konfigurasi mid point. Tetapi keuntungan lainnya dari konfigurasi ini adalah tidak memerlukan transformator, yang berarti penghematan bentuk dan ukurannya. Tetapi transformator mungkin masih diperlukan jika isolasi antara sisi AC dan DC dibutuhkan. Transformator ini digunakan untuk menaikkan dan menurunkan tegangan AC, yang berarti menyediakan tegangan AC yang berbeda-beda sesuai kebutuhan tegangan Dcnya.
1.2   PENYEARAH 3 FASA
Penyearah tiga-fasa adalah pengubah tegangan bolak-balik ke tegangan searah yang menggunakan sumber tiga-fasa. Berdasarkan semikonduktor yang digunakan dan variasi tegangan keluarannya, penyearah tiga-fasa dapat diklasifikasikan menjadi :
• Penyearah tak terkendali.
• Penyearah terkendali.
Sedangkan berdasarkan topologinya penyearah tiga-fasa dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Penyearah tiga-fasa setengah gelombang dengan hubung bintang.
b. Penyearah tiga-fasa gelombang penuh dengan dioda hubungan jembatan.
c. Penyearah tiga-fasa setengah gelombang dengan trafo zig-zag. Ada keunggulan antara topologi yang satu dengan topologi lainnya. Untuk tegangan AC input yang sama misalnya, penyearah b, mempunyai tegangan searah yang lebih tinggi serta faktor ripel lebih ringan dari penyearah a, tetapi penyearah a hanya memerlukan tiga buah dioda dibandingkan dengan penyearah b yang memerlukan enam buah dioda. Pada penyearah c, komponen arus searah pada sisi primer trafo penyearah, dihilangkan dengan penggunaan trafo hubung zig-zag. Gangguan-gangguan yang bersumber pada fluksi-fluksi bocor, pemanasan, kejenuhan inti serta regulasi tegangan yang buruk  dapat dikurangi. Hal itu penting terutama untuk pemakaian daya besar. Penyearah tiga fasa tak terkendali yang umum digunakan adalah penyearah tipe b, seperti ditunjukkan pada Gb.1. dan gelombang tegangan dan arusnya ditunjukkan seperti pada Gb.2. Tegangan keluaran dari penyearah seperti pada Gb.l secara matematik dapat dijelaskan sebagai berikut : Untuk grup komutasi D1-3-5 adalah : ..........(1) Untuk grup komutasi D2-4-6 hasilnya sama dengan group komutasi D1-3-5 tetapi dengan tanda negatif, sehingga tegangan keluaran pada beban adalah : .........(2) dengan u adalah nilai rms dari tegangan sumber fasa-fasa.

 

     Gb. 1 Penyearah tiga-fasa gelombang penuh dengan dioda hubungan jembatan. 


 
      Gb. 2 Gelombang tegangan dan arus penyearah tiga-fasa gelombang penuh dengan dioda hubungan jembatan.

1.3 . PENYEARAHAN TERKONTROL 1 FASA
Penyearah terkontrol merupakan rangkaian yang menggunakan thyristor sebagai komponen penyearah yang dapat mengendalikan tegangan keluaran DC. Penyearah terkontrol dapat dibedakan
menjadi penyearah terkontrol penuh dan setengah terkontrol. Penyearah ini dapat digunakan untuk pengaturan kecepatan motor DC.
Penyearah terkontrol penuh satu fasa tersusun dari 4 buah thyristor dan 1 dioda freewheeling  digunakan untuk mensuplai daya listrik pada lilitan jangkar dimana tegangan lilitan jangkar digunakan untuk mengatur kecepatan putar motor arus searah baik untuk starting maupun running saat kerja pada kalang terbuka (openloop). Tegangan arus searah (Vdc) atau tegangan keluaran (Vo)

1.4  PENYEARAHAN TERKONTROL 3 FASA
Penyearah tiga fasa sering dijumpai secara luas untuk berbagai aplikasi pada bidang industri. Dalam
penggunaan penyearah ini perlu dilakukan pertimbangan lebih jauh, karena penyearah ini akan menghasilkan harmonisa pada sisi masukan, yang pada akhirnya akan mempengaruhi sistem tenaga listrik. Disamping itu tegangan yang rata pada keluaran merupakan hal lain yang perlu dipertimbangkan. Keluaran dari penyearah akan dipengaruhi oleh besarnya tegangan masukan, frekuensi masukan, sudut picu dari masing-masing thyristor, dan kondisi masingmasing thyristor Hampir semua listrik yang digunakan oleh industri, dibangkitkan, ditransmisikan, dan didistribusikan dalam sistem tiga fasa. Sistem tiga fasa ini memiliki besar yang sama (untuk arus dan tegangan) tetapi mempunyai perbedaan sudut sebesar 120o antar fasanya. Sumbu ini disebut juga sumbu yang seimbang. Penyearah tiga fasa sering digunakan pada banyak aplikasi di industri untuk pengendalian motor listrik. Pada rangkaian penyearah tiga fasa terkontrol gelombang penuh menggunakan 6 buah thyristor terhubung seri, dengan sumber tegangan tiga fasa terhubung bintang (star), dan dihubungkan dengan beban induktif. Rangkaian ini dikenal dengan sebagai jembatan tiga fasa. Thyristor dinyalakan pada interval π/3. Frekuensi ripple tegangan keluaran akan 6fs dan kebutuhan proses
filtering menjadi lebih ringan dari konverter gelombang setengah maupun semikonverter tiga fasa.  Pada ωt = π/6 + α, thyristor T6 telah tersambung dan thyristor T1 akan dinyalakan. Selama interval (π/6 + α) ≤ ωt ≤ (π/2 + α), thyristor T1 dan T6 tersambung dan tegangan line to line
Vab = (Van – Vbn) akan muncul sepanjang beban.








BAB II
REGULATOR TEGANGAN
Regulator tegangan AC menggunakan konverter tegangan bolak balik dengan  2 buah thyristor sebagai komponen pensakelaran. Thyristor pada regulator tegangan AC akan menyuplai arus kebeban R dan L Regulator tegangan AC satu fasa disuplai dengan tegangan  input bolak balik yang konstan.
 
Pengaturan tegangan keluaran ini diperoleh dengan penggabungan kerja pensakelaran dua buah komponen semikonduktor sehingga pada sisi beban diperoleh tegangan bolak balik yang teregulasi.

 






Gambar 2. Gelombang Keluaran Regulator Fasa  Tunggal
Pengaturan arus gerbang pada thyristor akan menghasilkan variasi sudut penyalaan sehingga arus gate pada thyristor dapat dirumuskan sebagai berikut
(1)
                      
    .............. (2)                              
 ................... (3)
Dari gambar di atas dapat diketahui tegangan output dengan menggunakan rumus:
Vr =                             
  =  V . (4)
Persamaan di atas menunjukkan bahwa tegangan keluaran pengendali tegangan adalah fungsi dari sudut perlambatan penyalaan ( , b)
Sekema rangkaian daya Regulator 3 phasa terkendali penuh diperlihatkan pada gambar
 





Gambar 3. Rangkaian Daya RegulatorTegangan 3 Fasa Terkendali Penuh
 





Gambar 4. Bentuk Gelombang Tegangan Line ke Beban untuk 2 sudut perlambatan Penyalaan
Besarnya tegangan keluaran Untuk sudut 0 ≤ a dapat ditentukan dengan menggunakan rumus:
Irms=
+
= ............... (5)
Selanjutnya untuk sudut  a
Irms=

= ...... (6)

Untuk sudut  a ≤ 5
Irms=

= . (7)
Maka Vrms  =  Irms R dan V = VL
Berdasarkan persamaan (6) dan (7) di atas dapat disimpulkan bahwa tegangan keluaran regulator tidak hanya tergantung dari sudut perlambatan penyalaan a, juga dipengaruhi oleh daerah kerja pengoperasian, oleh karena untuk range sudut a tertentu berlaku persamaan tersendiri.
2.1 Pembebanan Regulator Tegangan
Masalah arus masukan DC dapat dicegah dengan menggunakan kontrol dua arah (gelombang penuh), dan pengontrol gelombang penuh satu fasa dengan beban resistif.

 


Gambar 5. Rangkaian Regulator Tegangan Beban Resistif
Selama tegangan masukan setengah siklus positif, daya yang mengalir dikontrol oleh beberapa sudut tunda dari thyristor T1, dan thyristor T2 mengontrol daya selama tegangan masukan setengan siklus negatif. Pulsa yang dihasilkan pada T1 dan T2 terpisah 1800. Bentuk gelombang untuk tegangan masukan, tegangan keluaran, dan sinyal gerbang untuk T1 dan T2 ditunjukan pada gambar 5.
Jika  adalah tegangan masukan, dan sudut tunda thyristor T1 dan T2 sama (α1 = α2 = α3), tegangan keluaran rms dapat ditentukan melalui.
 
......... (8)
Dengan variasi sudut α dari 0 sampai α, V0 dapat divariasikan dari Vs sampai 0.
Selanjutnya Pengontrolan beban penuh dengan sebuah beban RL ditunjukan oleh gambar 5. kita asumsikan thyristor T1 dinalakan pada waktu setengah siklus positif dan membawa arus beban. Karena induktif pada rangkain, arus thyristor T1 tidak akan jatuh menuju nol pada , ketika tegangan masukan mulai menjadi negatif. Thyristor T1 akan terus terhubung sampai arus  jatuh menjadi nol pada . Sudut konduksi thyristor t1 adalah  dan tergantung pada sudut tunda dan sudut factor daya beban 0. bentuk gelombang untuk arus thyristor, pulsa-pulsa gerbang, dan tegangan masukan ditunjukan pada gambar 5b.
Bila adalah tegangan masukan yang tiba-tiba dan sudut tunda thyristor T1 adalah . Arus thyristor dapat ditentukan melalui:
Penyelesai persamaan adalah dalam bentuk
....... (9)
Dengan beban impedansi          (10)
dan sudut beban (11)
Konstanta A dapat ditentukan dari  kondisi mula, pada  sehingga dapat
diperoleh            (12)
sudut  pada saat arus i jatuh menjadi 0 dan thyristor menjadi off, dapat ditentukan dari kondisi i  pada  persamaan dan diberikan dengan hubungan
...... (13)     
Selanjutnya untuk beban dominan induktif, persamaan tegangan keluaran regulator tegangan ditentukan dengan persamaan berikut:
Sudut yang disebut exinction angle, dapat ditentukan dari persamaan transidental dan akan memerlukan penyelesaian dengan motode iterasi. Bila    diketahui , sudut thyristor T1 dapat ditentukan melalui
 




   Gambar 6. Rangkaian Regulator Tegangan
Beban Resistif
Tegangan keluaran dan arus fasa aalah:
..... (13)

Arus rms thyristor dapat ditentukan melalui persamaan sebagai berikut:
(14)     

Tegangan keluaran rms dapat ditentukan melalui persamaan  sebagai berikut;
Nilai rata-rata arus thyristor dapat pula ditentukan melalui persamaan sebagai
.......................... (15)
BAB III
INVERTER CHOPPER CYCLOCONVENTER
Gambar 10.48Aplikasi IGBT untuk kontrol motor induksi 3
RangkaianCycloconverter (Gambar 10.48) di mana tegangan AC 3 phasa disearahkan menjadi tegangan DC oleh enam buah Diode. Selanjutnya sembilan buah IGBT membentuk konfigurasi yang akan menghasilkan tegangan AC 3 phasa dengan tegangan dan frekuensi yang dapat diatur, dengan mengatur waktu ON oleh generator PWM. Rangkaian VVVF ini dipakai pada KRL merk HOLEC di Jabotabek.


Inverter
Inverter adalah suatu rangkaian elektronika daya yang dapat mengubah sumber tegangan searah (DC) menjadi sumber tegangan dan arus bolak-balik (AC).
Jenis Rangkaian Inverter
Ditinjau dari prosesnya:
 Rangkaian inverter seri
 Rangkaian inverter paralel
 Rangkaian inverter jembatan (bridge)
Ditinjau dari tegangan AC yang dihasilkan:
 Rangkaian inverter satu fasa
 Rangkaian inverter tiga fasa
Ditinjau dari pembebanan:
 Rangkaian inverter tegangan (VSI): tegangan konstan, arus tergantung beban
 Rangkaian inverter arus (CSI): arus konstan, tegangan bervariasi











                                        BAB IV
CONTROL CONVERTER
Konverter yaitu mengubah energi listrik arus bolak-balik dengan tegangan dan frekuensi tertentu menjadi arus bolak-balik dengan tegangan dan frekuensi yang lain. Ada dua jenis konverter ac, yaitu pengatur tegangan ac (tegangan berubah, frekuensi konstan) dan cycloconverter (tegangan dan frekuensi dapat diatur). Contoh: tegangan AC 220 V dan frekuensi 50 Hz menjadi tegangan AC 110 V dan frekuensi  yang baru 100Hz. Rancangan konverter daya paling sedikit mengandung lima elemen Gambar 10.2, yaitu (1) sumber energi, (2) komponen daya, (3) piranti pengaman dan monitoring, (4) sistem kontrol loop tertutup, dan (5) beban.







BAB V
CONVERTER RESONANSI
Rangkaian resonansi merupakan suatu rangkaian yang bekerja dengan memanfaatkan sifat alami dari komponen kapasitor dan induktor. Kedua komponen ini bersifat saling bertolak belakang, jika dikombinasikan keduanya akan bersifat seperti ayunan. Kapasitor menyimpan energi dalam bentuk tegangan sedangkan induktor menyimpan energy dalam bentuk arus. Saat kapasitor melakukan fase peluahan maka pada saat yang bersamaan induktor mengalami fase pengisian (pengisian dan peluahan yang saling bergantian). Hasil dari ayunan ini adalah osilasi dari tegangan kapasitor dan arus induktor. Syarat terjadinya osilasi adalah kondisi sistem harus bersifat redaman kurang (underdamp). Konverter DC–DC resonansi beban dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu, seri,paralel, dan hibrid.

Gambar 2.3 Konverter DC-DC resonansi beban seri

Konverter ac – dc

Konverter ac – ac

Konverter dc – dc



BAB VI
SWITCH MODE
Karena devais daya dapat dioperasikan sebagai switch atau kontaktor, dengan tegangan sumber dapat berupa tegangan ac atau dc dan switchnya dikenal dengan ac static switches atau dc static switches.
                                                       
Sebuah Switch Mode Power Supply adalah pasokan listrik yang menggabungkan regulator switching sehingga konversi efisien untuk tenaga listrik. beban listrik ke power supply, kemudian diubah menjadi tegangan dan arus seperti yang diinginkan, misalnya, 12 volt power supply . Keuntungan dari mode power supply switch adalah berat, lebih efisien ringan dan ukuran yang lebih kecil. Hal ini juga menghasilkan panas yang lebih rendah untuk efisiensi yang sukses. Hal ini diklasifikasikan menjadi empat jenis sesuai dengan gelombang input dan output, yaitu: 
1. AC / DC: penyearah
2. DC / DC: DC ke DC konverter
3. AC / AC: changer frekuensi
4. DC / DC: inverter
pasokan mode daya Beralih diklasifikasikan berdasarkan topologi rangkaian, converter non-terisolasi dan terpencil. Terisolasi topologi, termasuk transformator, dapat menghasilkan output yang lebih rendah atau lebih tinggi dari input dengan menyesuaikan rasio berubah. Kebanyakan konverter menggunakan induktor terpisah, sementara yang lain menggunakan trafo. Sedangkan topologi non-terisolasi sangat sederhana menggunakan induktor tunggal untuk menyimpan energi. Aplikasi beralih modus power supply tersedia di beberapa daerah. Sampel untuk produk komputer pribadi yang memiliki pasokan input daya universal dapat diterima dari seluruh dunia. Frekuensi adalah 50 Hz hingga 60 Hz dengan tegangan sampai dengan 24o Volt 100 Volt. Persediaan aplikasi modus saklar daya diklasifikasikan berdasarkan topologi rangkaian, converter non-terisolasi dan terpencil. topologi Terisolasi, termasuk Transformers, dapat menghasilkan output yang lebih rendah atau lebih tinggi dari input dengan menyesuaikan rasio berubah. Kebanyakan konverter menggunakan induktor terpisah, sementara yang lain menggunakan kombinasi transformer. Sedangkan topologi non-terisolasi sangat sederhana menggunakan induktor tunggal untuk menyimpan energi. Aplikasi beralih modus power supply tersedia di beberapa daerah produsen. Sampel untuk produk komputer pribadi yang memiliki input daya universal. Kebutuhan dapat diterima dari seluruh dunia. Frekuensi ID nya adalah 50 Hz hingga 60 Hz dengan tegangan sampai dengan 24o Volt 100 Volt. Sekarang, hampir semua notebook memiliki konverter regulator module-DC-DC pada motherboard untuk catu daya tegangan rendah untuk core CPU dapat diterima. Selain itu, ada motherboard yang memiliki setting pada BIOS untuk melakukan over-clocker yang mengontrol tegangan CPU. Aplikasi ini menjadi penting dimana frekuensi dan tegangan tidak dapat diproduksi dengan sumber utama. Dalam truk industri yang menggunakan 24 volt DC. Tapi Ini mungkin memerlukan 12 Volt DC, perlu mengubah mobil biasa untuk menggerakkan peralatan.
Mengaktifkan modus pasokan listrik trafo dijalankan pada frekuensi tinggi. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa frekuensi transformator frekuensi tinggi rendah dibandingkan yang lebih kecil. Jumlah energi yang disimpan oleh trafo switching tergantung pada frekuensi tinggi dan rendah. Transfer energi biasanya frekuensi desain transformator rendah melalui inti (besi lunak), sedangkan inti memiliki batas kebocoran tinggi. Mengaktifkan modus power supply sekarang digunakan secara luas. Ini memiliki fungsi untuk mengurangi tegangan input tidak diatur dc dc menjadi output diatur dengan Buck Converter Circuit, meningkatkan output dc multiplier, membalik tegangan input dc konverter choke, meningkatkan tegangan dc tidak diatur ke konverter tegangan dc, maka harus diatur oleh Boos Converter.











BAB VII
RANGKAIAN PEMICU & PENGONTROL DENGAN PLC
7.1 Pengertian
Programmable Logic Kontroler (PLC) adalah sebuah komputer yang khusus dirancang untuk mengontrol suatu proses atau mesin. Proses yang dikontrol ini dapat berupa regulasi variabel secara kontinu seperti pada sistem-sistem servo, atau hanya melibatkan kontrol dua keadaan  (On/Off) saja, tetapi dilakukan secara berulang-ulang seperti yang dijumpai pada mesin pengeboran, sistem konveyor dan lain sebagainya.
Walaupun istilah PLC secara bahasa berarti pengontrol logika yang dapat diprogram, tetapi pada kenyataanya PLC secara fungsional tidak lagi terbatas pada fungsi-fungsi logika saja. Sebuah PLC dewasa ini bisa melakukan perhitungan-perhitungan aritmatika yang relatif komplek, fungsi komunikasi, dokumentasi, dan lain sebagainya.
7.2  Prinsip kerja PLC
Secara umum PLC terdiri dari dua komponen penyusun utama yaitu Central Processing Unit (CPU) dan sistem antar muka input/output.
Fungsi dari CPU adalah memngatur semua proses yang terjadi didalam PLC. Ada tiga komponen utama penyusun CPU yaitu Prosesor, memori, power supply.
Pada dasarnya, operasi PLC relative sederhana. Peralatan luar dikoneksikan dengan modul input/output PLC yang tersedia. Peralatan ini bisa berupa sensor-sensor analaog, push bottom, limit switch, motor starter, solenoid, lampu, dan lain sebagainya.
Selama prosesnya, CPU melakukan tiga operasi utama :
a.   Membaca dan memasukan data dari perangkat lunak via modul input
b.   Mengeksekusi program kontrol yang tersimpan di dalam memori PLC
c.      Meng-update atau memperbaharui data pada modul output. Ketiga proses tersebut dinamakan dengan Scanning.
7.3  Fungsi PLC
Fungsi dan kegunaan dari PLC dapat dapat dikatakan hamper tidak terbatas. Secara umu fungsi PLC adalah sebagai berikut :
Ø  Kontrol Sekuensial
PLC memroses input sinyal biner menjadi output yang digunakan unutk keperluan pemrosesan teknik secara berurutan (sekuensial), disisni PLC menjaga agar semua langkah dalam proses sekuensial berlangsung dalam urutan yang tepat.
Ø  Monitoring Plant
PLC secara terus menerus memonitor suatu system (misalnya temperature, tekanan, tingkat ketinggian) dan mengambil tindakan yang diperlukan sehubungan dengan proses yang dikontrol (misalnya nilai sudah melebihi batas) atau menampilkan pesan tersebut ke operator.
7.4  Bahasa Pemrograman
Berkaitan dengan program PLC. Ada lima model atau metode yang telah distandarisasi penggunaannya oleh IEC (International Electrical Commission):
Ø  List Intruksi (Intruction List)
Pemrograman dengan menggunakan intruksi-intruksi bahasa level rendah (mnemonic), seperti LD/STR, NOT, AND dan lain sebaginya.
Ø  Diagram Ladder (Ladder Diagram)
Pemrograman berbasis logika relay, cocok digunakan untuk persoalan-persoalan control diskret yang input/output hanya memilki dua kondisi On atau Off seperti pada sistem kontrol konveyor, lift, dan motor-motor industry.
Ø  Diagram Blok Fungsional (Fungtion Blok Diagram)
Pemrograman berbasis aliran data secara grafis, banyak digunakan untuk tujuan control proses yang melibatkan perhitungan-perhitungan kompleks dan akuisisi data analog.
Ø  Diagram Fungsi Sekuensial ( Sequensial Fuction Charts)
Metode grafis unutk pemrogaman terstrukturb yang banyak melibatkan langkah-langkah rumit, seperti pada bidang robotika, perakitan kendaraan, Batch Control, dan lain sebagainya.
Ø  Teks Terstruktur (Structured Text)
Tidak seperti keempat metode yang lainnya, pemrograman ini menggunakan statemen-statemen yang umum dijumpai pada bahasa level tinggi (high level programming) seperti If, Then, Do/While, Case, For/Next, dan lain sebagainya. Dalam aplikasinya, model
ini cocok digunakan untuk perhitungan-perhitungan matematis yang komplek, pemrosesan tabel dan data, serta fungsi-fungsi control yang memerlukan algoritma khusus.
7.5  Diagram Ladder
Diagram Ladder memnggambarkan program dalam bentuk grafik. Diagram ini dikembangkan dari kontak-kontak relay yang terstruktur yang menggambarkan aliran arus listrik. Dalam diagram ladder terdapat dua buah garis vertical dimana garis vertikal sebelah kiri dihubungkan dengan sumber tegangan positif catu daya dan garis sebelah kanan dihubungkan dengan sumber tegangan negative catu daya.
Program ladder ditulis menggunakan bentuk pictorial atau symbol yang secara umum mirip dengan rangkaian klntrol relay. Program ditampilkan pada layar dengan elemen-elemen seperti normally open contact, normally close contac, timer, counter, sequencer dan lain-lain ditampilkan seperti dalam bentuk pictorial. Dibawah kondisi yang benar, listrik dapat mengalir dari rel sebelah kiri ke rel sebelah kanan, jalur rel seperti ini disebut sebagai ladder line (garis tangga). Peraturan secara umum di dalam menggambarkan program ladder diagram adalah:
-    Daya mengalir dari rel kiri ke rel kanan
-   Output koil tidak boleh dihubungkan secara langgsung di rel sebelah kiri.
-   Tidak ada kontak yang diletakan disebelah kanan output coil.
-   Hanya diperbolehkan satu output koil pada ladder line.
BAB VIII
RANCANGAN SYSTEM
Perancangan sistem merupakan kegiatan untuk pengembangan sistem dan prosedur baru, dalam kaitannya dengan sasaran-sasaran (baru) yang dikehendaki oleh pihak manajemen, untuk memperoleh suatu sistem informasi, yang mampu dipakainya untuk memanajemeni perusahaannya secara lebih efektif dan efisien. Perancangan sistem (baru) tersebut dilakukan dengan meningkatkan efisiensi aliran data dalam organisasi, serta memperbaiki sistem pengendaliannya melalui kegiatan operasional perusahaan. Perancangan sistem merupakan sebuah proses yang terdiri dari beberapa kegiatan. Pertama adalah menentukan secara tepat dan rinci operasional manajemen yang berkaitan dengan kegiatan pengolahan data yang dikehendaki oleh manajemen yang sebenarnya. Kedua adalah mengatur semua kebutuhan tadi, serta membagi-baginya secara sistematis pada beberapa tahap dan bagian, yang nantinya akan dioperasionalkan. Ketiga menentukan cara-cara pelaksanaan dari masing-masing jenis tugas tersebut, serta keempat menentukan tingkat ukuran mutu untuk menilai keberhasilan (dan ketidakberhasilan) dari masing-masing performa tugas-tugas tersebut. Sasaran Perancangan Sistem Perancangan sebuah sistem baru tidak hanya berupaya untuk mempercepat atau mengotomasikan sistem lama saja, tetapi dapat disebut sebagai sebuah upaya reorganisasi secara menyeluruh di segenap jajaran operasional. Hal tersebut dimaksudkan untuk beberapa sasaran, antara lain :
Menentukan secara tepat banyaknya informasi yang seharusnya diterima oleh masing-masing pihak yang membutuhkan, agar yang bersangkutan bisa benar-benar terbantu dalam menjalankan pekerjaan yang jadi tanggungjawabnya, khususnya dalam proses pengambilan keputusan. Informasi yang terlalu berlebihan, tak akan menjadi lebih membantu, jika informasi yang diterimanya tersbeut tidak relevan dengan kebutuhan bagi penerimanya. Kecuali akan membuatnya bingung, juga memaksa perusahaan mengeluarkan biaya yang tak perlu, karena harus mencetak sekian lembar laporan, yang sama sekali tak digunakan. Tetapi, informasi yang sangat sedikit, boleh jadi menjadi tak cukup lengkap, sehingga pihak penerimanya tak bisa menggunakannya sebagai alat bantu pengambil keputusan yang baik. Jika sebuah keputusan didasarkan atas informasi yang tidak lengkap, maka dikawatirkanlah kualitas keputusan itu tadi. Tujuan lain dari perancangan sistem adalah melakukan upaya standarisasi, yang jika bisa dilakukan secara benar, akan banyak menghemat waktu dan biaya. Pengembangan sistem pengendalian juga merupakan sasaran perancangan sistem. Sistem pengendalian yang dibentuk juga harus dibuat sedemikian rupa agar tidak terlalu berlebihan, atau terlalu longgar. Tujuan pengendalian ini adalah agar bisa dihasilkan keluaran yang didasarkan atas pertimbangan efisiensi. Tujuan terakhir dari perancangan sistem adalah untuk mengurangi fungsi-fungsi yang terduplikasi, baik dalam hal tujuan, operasi, data, form-form, serta laporannya. Juga menghindarkan adanya prosedur-prosedur yang tak perlu. Juga dalam hal aliran data, laporan-laporan, dan fungsi-fungsi.
Pertanyaan bagi manajemen. Perancangan sebuah sistem dilakukan berdasarkan atas permintaan manajemen, dalam rangka dapatnya dibentuk sebuah sistem informasi pengolahan data yang bisa membantunya menjalankan fungsinya selaku pengambil keputusan. Mengingat bahwa perancangan sistem ini berasal dari adanya kebutuhan dari manajemen tersebut di atas, maka kita perlu mengajukan sejumlah pertanyaan dasar bagi manajemen, sebelum kegiatan perancangan sistem tersebut dikerjakan. Memahami sasaran sistem sebenarnya merupakan hal yang sangat penting bagi seorang sistem analis dalam melakukan tugasnya. Bagaimana pun, seorang sistem analis harus memperoleh konfirmasi dari tangan pertama mengenai hal tersebut. Seorang sistem analis boleh saja mengetengahkan gagasan-gagasannnya sendiri kepada pihak manajemen, untuk melengkapi pelbagai sasaran yang dikehendaki oleh manajemen. Atau menggunakan gagasannya sendiri tersebut untuk memancing manajemen yang bersangkutan agar lebih mudah menyampaikan sasaran apa sebenarnya yang mereka kehendaki. Pemahaman akan sasaran sistem yang diinginkan oleh manajemen tersebut juga akan bisa dipakai sebagai ruang lingkup dari